Selasa, 30/04/2024 - 00:21 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMISYARIAH

Indef: Perlu Ada Studi Sosiologi Optimalkan Potensi Ekonomi Syariah

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Direktur Riset Indef Berly Martawardaya mengatakan, studi sosiologi dan antropologi terkait keuangan syariah perlu ditingkatkan untuk melihat perilaku konsumen dan segmentasi pasar dengan lebih baik. Studi itu demi mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi syariah.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Dalam diskusi daring yang digelar Indef, beberapa waktu lalu, ia mengatakan, terdapat perbedaan pendekatan dalam pemasaran produk-produk keuangan syariah kepada beberapa kelompok masyarakat di Indonesia. Dimana oleh antropolog Amerika Serikat Clifford Geertz diklasifikasikan menjadi kelompok santri, abangan, dan priayi.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Di Indonesia kita klasifikasi utamanya tidak berdasarkan etnis dan agama, tapi spektrum, namanya nasionalis dan Islamis. Jadi kalau titelnya (nama banknya) sangat Islamis itu produk-produknya juga ya mudharabah, musyarakah, murabahah, semacam itu,” ujar Berly.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Menurutnya, dahulu kelompok priayi dan abangan tidak familier dan kurang nyaman menggunakan produk-produk dengan jenama berbahasa Arab. Sehingga bank syariah pertama yang muncul di Indonesia pun memilih untuk menggunakan nama berbahasa Arab yang sudah akrab di telinga masyarakat.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
ASDP Catat Puncak Arus Mudik 2024 Tertinggi Sepanjang Sejarah

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Ia juga menemukan bahwa sebagian besar bank yang masuk dalam Best Islamic Financial Institution menurut media keuangan asal Inggris, The Banker, tidak menggunakan nama-nama Islami maupun istilah ‘syariah’. Misalnya, Arab National Bank dan Saudi National Bank dari Arab Saudi, National Bank of Kuwait dan Kuwait Finance House dari Kuwait, serta Maybank dari Malaysia.

Berly menuturkan bahwa penyematan kata ‘syariah’ pada banyak bank-bank di Indonesia saat ini cenderung bertujuan untuk menarik minat calon nasabah dari kelompok yang diklasifikasikan sebagai santri tersebut. Sementara itu, pendekatan terhadap masyarakat umum yang bukan berasal dari kelompok santri tersebut kini dilakukan melalui konsep ‘hijrah’.

Berita Lainnya:
TikTok: Populer di Kalangan Politisi, Dicurigai Sebagai Spionase

“Tentu pendekatan ini hanya mempan untuk yang sudah punya akar nilai Islam yang kuat, tapi kalau yang belum itu justru akan menjadi bumerang. Jadi ini yang perlu disiapkan karena belum banyak studi sosiologi dan antropologi terhadap keuangan syariah,” ucapnya.

Berly pun menyarankan pelaku industri keuangan syariah untuk tidak menggunakan satu strategi pemasaran yang sama bagi seluruh kelompok masyarakat. Sebab kondisi masyarakat Indonesia yang amat majemuk.

Ia mengatakan perlu adanya segmentasi yang detail dan narasi yang berbeda untuk segmen-segmen calon nasabah yang berbeda pula sehingga perbankan maupun sektor riil syariah nasional dapat semakin maju. “Segmentasi dan targeting penting, jadi strategi marketing dan strategi ekspansi tidak boleh one size fits all,” kata dia.

 

sumber : ANTARA

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi