Selasa, 30/04/2024 - 00:59 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Sekilas Kehidupan Media di Cina

ADVERTISEMENTS

Topik tentang kebebasan pers dan kebebasan berbicara kerap muncul ketika membahas negara Cina. Meski menganut sistem pemerintahan komunis, Cina mengklaim bahwa mereka telah menjalankan demokrasi dengan karakteristiknya sendiri.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Pada Ahad (7/4/2024), saya sempat mengikuti kuliah bertajuk “From Professional Generated Content (PGC) to Artificial Intelligence Generated Content (AIGC): Technology-driven Content Production Evolution in Chinese Media Sector and Its Social Influences”. Kuliah itu digelar oleh tim panitia program China International Press Center (CIPC) 2024 untuk para jurnalis peserta dari berbagai negara. Saya menjadi satu-satunya jurnalis Indonesia yang berkesempatan mengikuti program CIPC 2024 gelombang pertama.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Tujuan penyelenggaraan kelas tersebut adalah untuk memberi gambaran dan informasi kepada para jurnalis peserta program CIPC 2024 tentang perkembangan media di Cina pada era digital. Profesor Di Zhang dari School of Journalism and Communication di Renmin University of China dihadirkan sebagai pemateri. Selain akademisi, Zhang juga pernah menjadi reporter di China Daily dan China Central Television (CCTV).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Pada awal presentasinya, Zhang menjelaskan tentang media yang dikendalikan negara atau state-controlled media. Dia mengakui, secara historis, media-media di Cina dikendalikan oleh negara. CCTV, Xinhua News Agency, dan People’s Daily adalah beberapa contoh media pemerintah yang disinggung Zhang dalam pemaparannya. Menurut dia, media-media pemerintah tersebut kini lebih powerful dibanding sebelumnya.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Satu Dekade Berlalu, Keluarga Korban Sewol Masih Mencari Jawaban 

Zhang juga sempat menjelaskan tentang kemunculan media-media swasta di Cina yang dimulai selepas tahun 1979. Namun dia mengatakan, banyak media swasta di negaranya terpaksa gulung tikar karena beberapa faktor, terutama ketidakmampuan mereka melakukan transformasi.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Zhang pun menerangkan bagaimana media-media di negaranya, termasuk media yang dikontrol pemerintah, mulai memanfaatkan kecerdasan artifisial dalam proses produksi konten atau berita. Di sela-sela pemaparannya, satu per satu jurnalis mulai bertanya tentang cara kerja media dan bagaimana hubungan publik dengan media di Cina.

Salah satu jurnalis dari negara Afrika bertanya kepada Zhang tentang apakah media-media milik negara akan menampilkan atau memberi ruang untuk opini yang berseberangan dengan pemerintah. Dengan agak ragu, Zhang menjawab, “Hanya sebagian opini yang bertentangan akan muncul di media pemerintah”. 

Para jurnalis peserta CIPC menantikan jawaban lebih detail dari Zhang. Namun dia tak memberi penjelasan lebih lanjut mengenai hal itu. Jurnalis lainnya sempat bertanya pula kepada Zhang tentang apakah ada perbedaan tentang kebebasan berbicara di Cina dengan negara lain.

Sebelum menjawab, Zhang mengambil botol air mineralnya terlebih dulu, kemudian mereguknya. “Ya, tentu berbeda,” ujar Zhang singkat sambil menutup botol minumnya. “Seberapa berbeda?” sahut jurnalis lainnya menanggapi jawaban Zhang. “Bagaimana Anda mau saya mengatakannya?” kata Zhang dengan senyum yang agak canggung.

Berita Lainnya:
Jerman Bungkam Konferensi Palestina di Berlin

Di sepanjang presentasinya, Zhang memang terlihat berusaha keras menjawab pertanyaan terkait kebebasan pers dan kebebasan berbicara. Saya rasa dia sepenuhnya menyadari bahwa meski saat ini ada banyak media beroperasi di Cina, gerak dan tindak tanduk pers di Negeri Tirai Bambu tak bisa benar-benar disamakan dengan yang berlangsung di negara-negara demokrasi.

Pada 13 Maret 2024, tim panitia CIPC juga pernah menyelenggarakan kuliah bertajuk “From Chinese Modernzation to Global Modernization for All” untuk para jurnalis peserta. Profesor Wang Yiwei dari Renmin University of China dihadirkan sebagai pemateri. Wang juga menjabat sebagai direktur Institute of International Affairs.

Kepada jurnalis peserta CIPC, Wang menjelaskan kenapa negaranya tidak menggunakan platform seperti Google, Facebook, dan Twitter. Dia mengatakan, jika platform tersebut ingin bisa digunakan di Cina, maka mereka perlu tunduk pada peraturan dan konstitusi Cina.

Wang menggunakan istilah “Chinalize” untuk merujuk pada proses tersebut. “Itu sebabnya Cina mempunyai Google-nya sendiri, yaitu Baidu, dan mempunyai Twitter serta Facebook-nya sendiri, yakni WeChat,” ujarnya.

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi