Selasa, 30/04/2024 - 17:13 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Penderita Hemofilia Perlu Olahraga Santai Hindari Pendarahan

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA — Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Umum Pusat Wahidin Sudirohusodo Makassar Dr dr Nadirah Rasyid Ridha, MKes, mengatakan, penderita hemofilia perlu melakukan olahraga yang santai guna menghindari pendarahan.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Nadirah menjelaskan, penderita hemofilia, terutama hemofilia berat, dapat mengalami pendarahan meski tidak terjadi trauma. Dia menganjurkan untuk menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan pendarahan, contohnya mengendarai motor, yang berisiko membuat seseorang jatuh.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Menurut dia di Jakarta, Rabu (17/4/2024), sebaiknya pasien hemofilia tidak melakukan olahraga yang bersifat dua arah atau menggunakan alat.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Kalau mau olahraga boleh, olahraganya itu jogging saja atau jalan santai,” ujarnya dalam ‘Kenali Gejala dan Penanganan Awal Hemofilia’ yang disiarkan di Jakarta.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Gejala Kelainan Darah yang Perlu Diwaspadai, Segera Periksa Diri ke Dokter

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Dia juga mengingatkan untuk tidak lupa memberikan suntikan profilaksis dua kali seminggu, untuk mencegah perdarahan dan menjaga struktur sendi dan ototnya tetap baik, mempertahankan produktivitasnya, sehingga mencapai kualitas hidup yang baik.

Menurut dia, penyandang hemofilia dapat beraktivitas seperti orang normal, selama mereka diberikan suntikan tersebut secara rutin.

Dia menjelaskan bahwa hemofilia terjadi karena adanya gangguan dalam pembekuan darah. Dokter itu menyebut bahwa penyakit tersebut diturunkan dari orang tua, terutama ibu sebagai pembawa bakat mutasi tersebut.

Dia juga menyebutkan, penyandang hemofilia dapat menikah dan memiliki keluarga, namun untuk mengurangi risiko mutasi gen tersebut diteruskan ke anak-anaknya, maka perlu memilih keluarga lain yang tidak memiliki risiko tersebut.

Nadirah menjelaskan, diperkirakan ada sekitar 400 ribu penyandang hemofilia secara global, sedangkan di Indonesia sekitar 25 ribu penyandang hemofilia.

Berita Lainnya:
Cegah Osteoporosis, Konsumsi Makanan Tinggi Kalsium Sedari Muda

Dia juga menyebutkan bahwa kebanyakan penyandang hemofilia adalah laki-laki. Dari 220 pasien hemofilia di Sulawesi Selatan, katanya, 218 adalah laki-laki. Hemofilia, katanya, dapat diketahui sejak bayi lahir.

Adapun gejala-gejala hemofilia, ujarnya, yaitu mudah memar atau lebam-lebam kebiruan di kulit, sering bengkak di sendi-sendi. Contoh lainnya adalah setelah imunisasi, yang biasanya dua hari setelahnya bekasnya menghilang, justru membengkak dan lama hilangnya.

“Atau pada saat dia dicabut gigi. Gigi itu sudah bisa tanggal pada umur sekitar lima tahun, jadi pada saat giginya tercabut itu akan terjadi perdarahan yang merembes dan susah berhenti,” katanya.

sumber : ANTARA

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi