Jumat, 24/05/2024 - 23:49 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIPERTANIAN

Badan Pangan Kaji Kebijakan Tarif untuk Kedelai Impor

Kedelai lokal yang dihasilkan petani dapat bersaing dengan kedelai impor.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 BEKASI — Badan Pangan Nasional (NFA) menyatakan tengah mengkaji kebijakan tarif untuk kedelai impor. Melalui kebijakan itu, harga kedelai impor yang selama ini lebih murah dari produksi lokal diupayakan setara. Hal itu agar kedelai lokal yang dihasilkan petani dapat bersaing dengan impor.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan


“Kita akan coba terapkan semacam tarif (impor). Jadi kalau dibebani tarif, nanti angkanya akan lebih bersaing dengan lokal. Kita akan pelajari,” kata Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi saat ditemui di Bekasi, Selasa (20/9/2022).


Arief menjelaskan, saat ini rata-rata harga kedelai impor berdasarkan Chicago Board of Trade (CBOT) berada pada kisaran Rp 7.700 per kg. Sementara, pemerintah tengah mengkaji kebijakan harga acuan pembelian untuk kedelai lokal di kisaran Rp 10 ribu per kg.

Berita Lainnya:
Menperin: Penjualan Ritel Meningkat Akibat Kenaikan Daya Beli Masyarakat


Harga kedelai lokal selama ini memang jauh lebih mahal lantaran biaya produksi yang tinggi karena rendahnya produktivitas. Tercatat, rerata produktivitas kedelai lokal hanya 1-1,5 ton per ha, lebih rendah dari tingkat produktivitas kedelai di negara-negara produsen dunia sekitar 3-4 ton per ha.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


“Kita mau angkanya sekitar Rp 10 ribu per kg, kita beli di petani. Itu nanti kita lihat dan ini harus segera karena kita mau mendorong produksi kedelai di dalam negeri,” katanya.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


Adanya kebijakan harga lokal dan kebijakan tarif untuk kedelai impor diharapkan meningkatkan daya saing produksi lokal. Petani juga lebih mendapat kepastian karena tak perlu khawatir harga akan jatuh karena adanya kedelai impor.


 “Kalau menanam kedelai untung, tidak usah diminta, para petani pasti mau menanam. Tapi kalau menanam harganya jatuh, ini akan sulit,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS


NFA mencatat, dari kebutuhan kedelai nasional sekitar 3 juta ton untuk konsumsi tahu dan tempe, produksi lokal hanya sekitar 250 ribu ton. Kedelai lokal pun tak bisa bersaing secara langsung dengan impor karena produktivitas yang rendah dan harga yang tinggi.

ADVERTISEMENTS


Arief menuturkan, Presiden Joko Widodo juga memberikan kesempatan untuk mencoba teknologi transgenik bibit kedelai atau genetically modified organism (GMO). “Gunakan GMO tapi yang aman, karena apa? kedelai yang diimpor itu GMO tapi kenapa kalau kita mau produksi sendiri tidak boleh pakai bibit GMO?” ujarnya.

Berita Lainnya:
Jasa Marga Perbaiki Gerbang Tol Jakarta-Cikampek


Adapun, Arief menyebut, rencana pengembangan kedelai akan dilakukan di lahan seluas 600 ribu hektare. Namun untuk tahap awal pengembangan akan dilakukan pada lahan sekitar 350 ribu hektare. 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi