Jumat, 24/05/2024 - 06:28 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Islamnya Petarung Quraisy yang Ingin Membunuh Nabi Muhammad SAW

Umair bin Wahab masuk Islam setelah rencana membunuh Nabi Muhammad SAW terbongkar

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 JAKARTA— Kisah perjalanan para pemuka Quraisy memeluk Islam banyak dibukukan dalam referensi sejarah. Sebagian besarnya, para pembesar Arab memeluk Islam dengan melewati perjuangan yang berat, hingga akhirnya menjadi pendukung setia dan sahabat Nabi Muhammad SAW 

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan


Salah satunya adalah Umair bin Wahab. Ia merupakan seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia masuk Islam beberapa tahun sesudah hijrahnya Rasulullah SAW. Saat masih kafir, ia sempat bergabung dengan kubu musyrikin di Perang Badar. 


Inilah kisahnya dalam menemukan hidayah. Beberapa hari sesudah Pertempuran Badar, Umair seperti umumnya orang-orang Quraisy. Ia menyimpan amarah dan dendam terhadap Nabi Muhammad SAW. 


Terlebih, tokoh dari kabilah al-Jumahi tersebut harus terpisah dari putranya, yang ditangkap pasukan Muslimin seusai perang. 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


Umair sangat cemas jika anaknya akan disiksa di Madinah. Untuk meredakan keresahannya, ia pun menuju Kabah pada pagi-pagi buta. Setelah bertawaf, lelaki musyrik itu memohon keberkahan kepada berhala-berhala di sana. 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Tiga Cara Sahabat Nabi Menjadi Pedagang Sukses dan Kaya Raya


Cahaya matahari masih samarsamar di balik awan. Di tengah ke re mangan, Umair duduk melamun. Jawara Quraisy ini terus saja memikirkan nasib anaknya yang tersandera. 


Tiba-tiba pundaknya ditepuk Shafwan bin Umayyah dari belakang, “Im Shabahan, ya Umair! Mengapa engkau duduk tepekur begitu?” “Im Shabahan! Wahai Shafwan, engkau mengejutkanku saja!” jawab Umair, sementara putra seorang pembesar Quraisy itu mengambil posisi duduk. 

ADVERTISEMENTS


“Engkau seperti sedang memikirkan sesuatu,” ujar Shafwan lagi. “Ya, aku mengkhawatirkan anakku yang sekarang ditawan musuh kita,” katanya membenarkan. 

ADVERTISEMENTS


Umair kemudian berbicara mengenai kawan-kawannya yang mati di Perang Badar. Bagi Shafwan, peristiwa itu tidak mungkin dilupakannya. Bapaknya sendiri, Umayyah bin Khalaf, tewas di tangan Muslimin dalam pertempuran tersebut.

Berita Lainnya:
Ajaran Islam: Tamu Wajib Hormati Adab dan Norma Masyarakat Setempat


Pada pagi itu, kebencian di dalam dada keduanya kian menguat. Rasanya ingin sekali melampiaskan kesumat seketika kepada umat Islam. 


Baca juga: Mualaf Sujiman, Pembenci Adzan dan Muslim yang Diperlihatkan Alam Kematian 


“Seandainya aku tidak terlilit utang dan keluargaku tidak miskin. Pastilah aku pergi ke Yastrib untuk membunuh Muhammad dengan pedangku sendiri!” ujar Umair. 


“Jadi, engkau berani menghabisi Muhammad seandainya kutanggung semua utanngmu itu?” timpal Shafwan. 


“Tentu saja! Selama ini persoalanku dengan para penagih selalu menghalangiku keluar dari Makkah. Mereka pasti menyangkaku akan menghindari tagihan sekiranya aku pergi ke luar kota,” katanya. 


“Kalau begitu, aku berjanji akan menjamin semua utangmu dan memberikan bayaran yang sangat tinggi kepadamu, asalkan engkau berhasil membunuh Muhammad!”  


 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi