Senin, 27/05/2024 - 09:16 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Cerita Petani Cabai di Pakistan yang Merana Gara-Gara Perubahan Iklim

Cuaca yang mudah berubah menghancurkan cabai yang ditanam.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 KUNRI — Dekat Kunri, sebuah kota di Pakistan selatan yang dikenal sebagai ibu kota cabai Asia, petani Leman Raj mengaduk-aduk tanaman kering mencari cabai merah. Sebagian besar tanaman itu hancur. Dia masih memiliki harapan ada yang bisa diselamatkan.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan


“Tanaman saya sangat panas, kemudian hujan mulai turun, dan cuaca berubah total. Sekarang karena hujan deras kami mengalami kerugian besar pada tanaman kami, dan inilah yang terjadi pada cabai,” kata pria berusia 40 tahun itu memegang tanaman yang kering dan busuk. 


“Semua cabai telah membusuk,” ujarnya. 

Berita Lainnya:
Biadab! Menteri Keuangan Israel Serukan Penghancuran Total di Gaza


Banjir yang menghancurkan Pakistan pada Agustus dan September, akibat suhu tinggi selama beberapa tahun, telah membuat petani cabai berjuang untuk mengatasinya. Di negara yang sangat bergantung pada pertanian, kondisi iklim yang lebih ekstrem memukul ekonomi pedesaan dengan keras. Para pejabat telah memperkirakan kerusakan akibat banjir lebih dari 40 miliar dolar AS. 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


Pakistan berada di peringkat keempat di dunia untuk produksi cabai, dengan 60.700 hektar pertanian menghasilkan 143.000 ton per tahun. Pertanian membentuk tulang punggung ekonomi Pakistan, membuatnya rentan terhadap perubahan iklim.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


Sebelum banjir, suhu panas membuat cabai sulit tumbuh, yang membutuhkan kondisi yang lebih moderat. “Ketika saya masih kecil … panasnya tidak pernah begitu kuat. Kami dulu memiliki panen yang berlimpah, sekarang menjadi sangat panas, dan hujan sangat jarang sehingga hasil panen kami berkurang,” kata Raj.

Berita Lainnya:
Turbulensi Pesawat Diprediksi Meningkat Seiring Perubahan Iklim, Apa Hubungannya?


Direktur Pusat Penelitian Zona Arid di Dewan Penelitian Pertanian Pakistan Dr Attaullah Khan mengatakan, gelombang panas selama tiga tahun terakhir telah mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai di daerah tersebut. Suhu itu menyebabkan penyakit yang menggulung daun dan menghambat pertumbuhannya.

ADVERTISEMENTS


Banjir sekarang menjadi tantangan baru… (bersambung halaman kedua)

ADVERTISEMENTS

sumber : reuters

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi