Jumat, 26/04/2024 - 11:22 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Mobil Dianggap Jadi Standar Kemapanan di Jakarta, Pakar Keuangan Sentil dengan Ucapan Ini

ADVERTISEMENTS

Menurut pakar keuangan, standar kemapanan bukan diukur dari sebuah barang.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Jalanan-jalanan di Jakarta semakin dipadati oleh mobil pribadi. Banyaknya kendaraan pribadi yang tumplek di jalanan Ibu Kota sehingga membuat macet parah menjadikannya salah pertimbangan dilakukannya rencana jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP) di DKI Jakarta.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Kebijakan tersebut dinilai bisa memaksa masyarakat beralih dari angkutan pribadi ke angkutan umum. Benarkah demikian? 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Alih-alih kebutuhan, sejumlah orang memiliki mobil karena gengsi. Pakar perencana keuangan Safir Senduk menilai terutama di kawasan Jabodetabek, masih banyak orang menilai ukuran kemapanan seseorang dari kepemilikan sebuah barang. “Sering kali tunduk dengan mindset keuangan, khususnya orang zaman dulu, seperti orang tua atau kakek nenek kita ‘Kamu belum mapan kalau belum memiliki sesuatu.’ Jadi, kamu kerja terus kalau sudah punya rumah sudah dianggap sukses,” kata Safir kepada Republika.co.id, Rabu (11/1/2023).

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Bentuk Feses Bisa Beri Petunjuk Adanya Kanker, Bagaimana Cara Mengenalinya?

Selain rumah, standar kemapanan lain adalah kendaraan walaupun kendaraan tersebut belum lunas, masih dicicil setiap bulan. Menurut Safir, standar kemampanan seseorang bukanlah dari barang yang dimiliki. Sebab, itu tidak menggambarkan orang tersebut sudah sukses secara perencanaan keuangan.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Menurut dia, kesuksesan keuangan bukan diukur dari kepemilikan barang, melainkan diukur dari investasi yang dimiliki. Misalnya, seseorang sudah mempunyai investasi seperti reksadana atau obligasi, maka orang tersebut sudah termasuk dalam kategori sukses secara keuangan.

“Masih banyak orang yang gajinya besar masih cicil barang ini itu tetapi dia tidak punya tabungan investasi. Ini artinya dia kalah sukses secara keuangan dibandingkan orang yang hanya menggunakan transportasi umum tetapi mempunyai tabungan investasi lebih banyak,” ujarnya.

Safir menyebut warga Jabodetabek masih mementingkan gaya hidup dan mengukur sebuah kesuksesan dari sebuah kepemilikan. Oleh karena itu, masih banyak orang yang ingin mempunyai mobil. Padahal menggunakan transportasi publik bisa menjadi pilihan yang tepat.

Berita Lainnya:
Kembar Siam Tertua di Dunia Wafat, Hidup dengan Tempurung Kepala Menempel Selama 62 Tahun

“Kendaraan umum kita memang kalah dengan Singapura. Namun, kondisinya sekarang jauh lebih baik dibandingkan 10 tahun lalu,” ujarnya.

Hal serupa juga diungkapkan pakar perencana keuangan sekaligus CEO PT Solusi Finansialku Indonesia (Finansialku.com) Melvin Mumpuni. Dia menyarankan agar masyarakat menggunakan transportasi umum dibandingkan mempunyai mobil pribadi.

“Saya lebih sarankan transportasi umum karena bisa berhemat dan bisa mengurangi polusi udara,” kata dia.

Sebelum membeli mobil, dia menekankan perlu dipertimbangkan secara matang. Jangan sampai, membeli mobil hanya karena gengsi. “Pertimbangkan semua biaya untuk punya kendaraan, mulai dari bahan bakar, tol, service berkala, dan lain-lain. Jangan sampai demi gengsi dan tampak mapan, tetapi mengorbankan keuangan,” tambahnya. 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi