Harian Aceh Indonesia menampilkan berbagai iklan online kepada para pengunjung. Mohon dukungannya untuk membiarkan situs kami ini tetap menayangkan iklan dan dijadikan whitelist di ad blocker browser anda.
Minggu, 01/10/2023 - 16:32 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALASIA

560 Juta Penduduk China Terdampak Badai Pasir

Orang-orang yang memakai masker berjalan di sepanjang jalan di kawasan pusat bisnis di Beijing. Badai debu dan pasir membuat indeks kualitas udara melonjak di ibu kota China pada Rabu pagi.

 BEIJING — Sekitar 560 juta penduduk yang tersebar di 15 provinsi dan kota setingkat provinsi di wilayah China utara terdampak badai pasir. Sebelumnya, badai pasir terjadi pada 19 hingga 22 Maret 2023.

Badai pasir yang terjadi selama tiga hari itu cakupannya lebih luas dengan intensitas lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, demikian pernyataan Badan Kehutanan Nasional China (CNFGA) kepada pers di Beijing, Kamis (23/3/2023).

WNI Jadi Korban Penculikan dan Penyiksaan di Malaysia

Badan tersebut mencatat 15 provinsi yang dilanda badai pasir adalah Xinjiang, Gansu, Qinghai, Mongolia Dalam, Ningxia, Shaanxi, Shanxi, Henan, Hebei, Heilongjiang, Liaoning, Jilin, Beijing, Tianjin, dan Shandong dengan total area terdampak mencapai 3,62 juta kilometer persegi yang dihuni sekitar 560 juta jiwa penduduk.

Pusat Pemantauan Ekologi dan Lingkungan Kota Beijing mencatat sekitar 1.400 mikrogram per meter kubik partikel pasir. Debu enyelimuti seluruh wilayah Ibu Kota pada Rabu (22/3/2023) pukul 08.00 waktu setempat (07.00 WIB).

Israel Caplok 4 Hektar Tanah Pertanian Warga Palestina, Buldozer Ratusan Pohon

Kualitas udara di lebih dari 60 kota pada Rabu pagi telah mencapai level terburuk akibat badai tersebut. Warga Beijing dan sekitarnya diimbau tidak keluar rumah karena buruknya kualitas udara tersebut.

Badai pasir pada bulan Maret ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya embusan angin kencang akibat cuaca dingin, temperatur yang lebih tinggi, dan buruknya vegetasi di wilayah selatan Mongolia dan wilayah utara China seiring sebagai dampak dari rendahnya curah hujan, sebagaimana dilaporkan media arus utama China, Jumat (24/3/2023).

sumber : Antara

Sumber: Republika

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi
Click to Hide Advanced Floating Content

Click to Hide Advanced Floating Content