Sabtu, 25/05/2024 - 17:57 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LINGKUNGAN

Berlomba-lomba Mendarat di Bulan, Bagaimana Indonesia?

JAKARTA — Rencana Rusia untuk meluncurkan pendarat bulannya belum lama ini bisa dibilang menjadi pemicu sejumlah negara berlomba-lomba menjejakkan kaki di bulan.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

Sebelum Rusia, sebelumnya tentu kita mengenal Amerika Serikat dan Rusia yang lebih dulu menunjukkan kekuatan untuk mencapai bulan.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Seolah mengejar ketertinggalan dari Amerika Serikat dan Rusia, Cina pun berencana untuk mengirim misi berawak ke Bulan pada tahun 2030 dan berencana membangun pangkalan di sana.

Bahkan, negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah menginvestasikan miliaran dolar dalam program luar angkasa yang dikelola militer.

Dilansir dari Japan Today, Cina adalah negara ketiga yang menempatkan manusia di orbit pada tahun 2003 dan Tiangong adalah permata mahkota dari program luar angkasanya, yang juga mendaratkan penjelajah di Mars dan Bulan.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Roket tak berawak Chang’e-4 mendarat di sisi jauh Bulan pada 2019, dengan misi robot lain ke sisi dekat mengibarkan bendera Cina di sana pada 2020.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Misi tersebut membawa sampel batuan dan tanah kembali ke Bumi, pertama kali dilakukan dalam lebih dari empat dekade.

Berita Lainnya:
BMKG Ungkap Pemicu Utama Banjir Bandang Lahar Dingin di Sumatera Barat

Setelah Cina, ada Artemis NASA. Misi Artemis 3 NASA akan mengembalikan manusia ke Bulan pada tahun 2025 termasuk wanita pertama dan astronaut non-kulit putih pertama.

ADVERTISEMENTS

Di bawah program Artemis, NASA merencanakan serangkaian misi yang semakin kompleks untuk kembali ke bulan dan membangun kehadiran yang berkelanjutan untuk mengembangkan dan menguji teknologi untuk perjalanan akhir ke Mars.

ADVERTISEMENTS

Yang pertama, Artemis 1, menerbangkan pesawat ruang angkasa tanpa awak mengelilingi Bulan pada tahun 2022. Artemis 2, direncanakan pada November 2024, akan melakukan hal yang sama dengan awak di dalamnya.

NASA melihat bulan sebagai tempat pemberhentian untuk misi ke Mars dan telah membuat kesepakatan dengan perusahaan ponsel Finlandia Nokia untuk membuat jaringan 4G di sana.

Namun, NASA mengatakan pekan ini bahwa misi Artemis 3 mungkin tidak mendaratkan manusia di bulan, tergantung pada apakah elemen kunci tertentu, termasuk sistem pendaratan yang dikembangkan oleh SpaceX, sudah siap.

Perusahaan Elon Musk memenangkan kontrak untuk sistem pendaratan berdasarkan versi prototipe roket Starship, yang masih jauh dari siap.

Penerbangan uji orbit dari Starship tanpa awak berakhir dengan ledakan dramatis pada bulan April.

Berita Lainnya:
Asteroid Jatuh di Atas Berlin, Berputar dengan Kecepatan Supercepat

Ketiga, Luna Rusia. Peluncuran Luna-25 Rusia pada Jumat (11/8/2023) akan menjadi yang pertama ke Bulan sejak 1976 dan menandai dimulainya proyek bulan baru Moskow.

Presiden Vladimir Putin ingin memperkuat kerja sama ruang angkasa dengan Cina setelah hubungan dengan Barat putus usai dimulainya invasi Moskow ke Ukraina pada tahun 2022.

Di sisi lain, kemajuan teknologi baru-baru ini telah mengurangi biaya misi dan membuka jalan bagi pemain baru di sektor publik dan swasta untuk terlibat.

Misi luar angkasa terbaru India Chandrayaan-3 memasuki orbit Bulan pada Agustus menjelang upaya pendaratan bulan kedua negara itu akhir bulan ini. Tapi pergi ke Bulan bukanlah tugas yang mudah. SpaceIL nirlaba Israel meluncurkan pendarat bulan Beresheet pada 2019, tetapi jatuh.

Pada bulan April tahun ini ispace Jepang adalah perusahaan terbaru yang mencoba, dan gagal, dalam upaya bersejarah untuk menempatkan pendarat bulan pribadi di Bulan.

Dua perusahaan AS lainnya, Astrobotic dan Intuitive Machines, akan mencobanya akhir tahun ini.

Setelah ini boleh jadi ada sebuah pertanyaan yang muncul di benak kita: Kapan giliran Indonesia?

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi