Kamis, 02/05/2024 - 02:26 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Polusi Udara Perpendek Usia Harapan Hidup di India, Bagaimana di Indonesia?

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Sampai hari ini polusi udara masih juga menyelimuti Jakarta dan sekitarnya. Sudah banyak dibicarakan tentang kenaikan angka infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) pada warga Jakarta dan sekitarnya.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Sudah banyak dibahas pula mengenai kemungkinan dampak penyakit paru dan pernapasan lainnya. Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI yang juga merupakan Guru Besar FKUI, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan dalam hal ini kita perlu tahu bahwa polusi udara juga dapat berdampak pada usia harapan hidup, seperti hasil penelitian di India.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Pada 29 Agustus 2 hari yang lalu “University of Chicago’s Energy Policy Institute” mengeluarkan hasil penelitian “Air Quality Life Index (AQLI) study” untuk India dan sekitarnya. Penelitian AQLI ini menganalisa dampak polusi pada usia harapan hidup (life expectancy).  

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Publikasi 29 Agustus 2023 ini adalah analisa berdasar data tahun 2021, dimana pada tahun itu kadar rata-rata tahunan (“yearly average”) PM2.5 di New Delhi adalah 126.5 g/m3, artinya lebih 25 kali dari batas rekomendasi WHO yang 5 g/m3. Angka bahan partikulat juga tercatat tinggi di New Delhi pada tahun 2021 itu. Tingginya kadar polusi udara 2021 itu ternyata memberi dampak penurunan rentang usia (“life span”) penduduk New Delhi menjadi lebih pendek 11,9 tahun, kalau digunakan batas aman menurut WHO. 

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Cegah Penyakit Saat Pancaroba, Dokter Anjurkan Anak Pakai Masker di Keramaian

Analisa lain, kalau menggunakan data standar polusi nasional India maka penduduk New Delhi dapat kehilangan usia harapan hidup selama 8,5 tahun. Penelitian ini juga menyajikan kesimpulan bahwa polusi bahan partikulat merupakan risiko terbesar yang mengancam kesehatan di India, bahkan melebihi dampak penyakit kardiovaskuler dan malnutrisi maternal dalam hal penurunan angka usia harapan hidup. 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

“Secara rata-rata maka penduduk India kehilangan 5,3 tahun usia harapan hidupnya akibat polusi partikel, sementara angka kehilangan usia harapan hidup akibat penyakit kardio vaskuler adalah 4,5 tahun dan kalau akibat malnutrisi maternal dan bayi adalah 1,8 tahun,” ujar Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) ini.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sekitar 67,4 persen penduduk India hidup dalam lingkungan polusi udara yang melebihi standar kualitas udara (air quality standard) yang ditetapkan pemerintah setempat sebesar 40 μg/m3. 

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara yang pernah 5 tahun berdomisili di New Delhi ini menjelaskan laporan penelitian ini juga menunjukkan, di kawasan Asia Selatan partikel polusi meningkat 9,7 persen pada kurun waktu 2013 sampai 2021. Di India peningkatan kadar PM2,5 adalah 9,5 persen, di Pakistan 8,8 perse. dan di Bangladesh juga naik sebesar 12,4 persen.

Berita Lainnya:
Tips Lamar Kerja untuk Usia 60 ke Atas, Praktikkan 8 Hal Penting Ini

Analisa lanjutan penelitian ini menunjukkan rata-rata polusi partikel tahunan (average annual particulate pollution) di India meningkat 67,7 persen dari tahun 1998 sampai 2021. Hal ini memperberat lagi penurunan angka harapan hidup rata-rata sebesar 2,3 tahun.  

Dia mengatakan, mengingat Indonesia masih harus bergelut dengan polusi udara maka akan baik kalau juga dilakukan penelitian “Air Quality Life Index”. “Sehingga kita tahu pasti ada tidaknya dampak polusi udara pada usia harapan hidup kita bersama, dan kalau ada maka seberapa besar kehilangan tahun kehidupannya,” kata dia.

Menurut dia, penelitian ini perlu dilakukan sejak sekarang sehingga pada saatnya nanti kita akan mendapat data ilmiah yang valid dan dapat dipercaya. “Semoga pihak terkait segera mengambil langkah yang tepat,” kata dia.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi