Rabu, 01/05/2024 - 13:57 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LINGKUNGAN

Museum Nasional Terbakar, Pemerintah Belanda Bertanya-tanya

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Kebakaran yang terjadi di Museum Nasional Indonesia (MNI) pada 16 September lalu telah menyita perhatian, termasuk dari pemerintahan Belanda. Sebab ada beberapa artefak yang juga telah dikembalikan oleh Belanda ke Indonesia.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Dr Junus Satrio Atmodjo, Anggota Dewan Pengawas Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Pusat, mengatakan koleksi yang dikembalikan ke Indonesia dari Belanda itu tidak terdampak. Meski demikian, kebakaran tersebut memang jadi pembelajaran pihak Indonesia. 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Pemerintah Belanda rada miring informasinya, sudah membuat hipotesis sendiri mengenai kebakaran sebenarnya agak kurang etis tapi biarlah itu urusan mereka,” kata Dr Junus dalam diskusi publik “Museum Itu Penting” di Museum Toeti Heraty, Jakarta, Senin (25/9/223).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Dr Junus mengatakan sebenarnya barang yang dikembalikan ke Indonesia dari Belanda masih relatif aman sampat saat ini. Tentu artefak yang pernah diambil secara paksa kaum Belanda, sudah menjadi kewajiban mereka untuk dikembalikan. 

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Tiga Wilayah Jepang Diterjang Tsunami Buntut Gempa M7,7 Taiwan

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Adapun setelah kejadian kebakaran ini, Belanda juga menawarakan bantuan, baik itu ahli, dana. Untuk lebih rincinya, akan diputuskan bersama nanti. “Kita belum diskusikan itu,” lanjut dia.

Dr Junus juga menjelaskan untuk identifikasi artefak, ada yang terbakar atau terkena panas tinggi. Misalnya, jika bahannya dari keramik, biasanya dibakar di atas 1000 cc. Dengan kebakaran ini, mestinya tidak terpengaruh jika bahannya keramik. Tapi ada bahan yang bisa retak-retak, dan tidak semuanya tidak ikut terbakar.

Tetapi yang jelas hampir semua objek tertutup jelaga. Jelaga inilah yang sedang diteliti bagaimana mmembersihkannya. Khusus untuk barang dari perunggu, ada pengelupasan dan tentu harus ada kajian lab-nya. “Kita harapkan dua minggu ini kita memulihkan dengan aman butuh tenaga untuk klasifikasi satuan yang patah, hilang karena jumlahnya sangat banyak,” ujar Junus.

Berita Lainnya:
Longsor Bocimi Makin Parah, DPR Minta Perbaikan Segera

Para ahli arkeologi juga menekankan perihal mitigasi dan pencegahan bencana yang bisa menyerang museum. Hal ini tidak terkecuali untuk pencegahan kebakaran. Selain itu juga mendukung proses hukum yang jelas terkait suatu kasus kebakaran seperti ini.

Untuk penanganan kebakaran museum, tidak cukup hanya oleh pemadam kebakaran. Menurut dia, harus ada manajemen lain memadamkan api dengan cepat.

Diperlukan pula pendataan di setiap titik yang ditemukan patahan, hancuran, supaya dalam etika melakukan rekonstruksi, bisa tahu satuan-satuan yng bisa dikumpulkan kembali. 

“Pengambilan harus satu per satu pakai tangan tidak boleh pakai alat, sekop tapi alat khusus. Lama? Iya tapi kalau pecahan kecil tidak kelihatan, salah satu yang terdampak kan alat prasejarah,” ujar dia menambahkan. 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi