Selasa, 30/04/2024 - 18:17 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Tiba-Tiba ‘Putus’ Minum Kopi Saat Puasa, Ini Pengaruhnya pada Tubuh

ADVERTISEMENTS

JAKARTA –Meneguk minuman kafein seperti kopi agaknya sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Ketika tiba-tiba berhenti meminum kopi saat berpuasa, bisa berpengaruh pada tubuh para pencinta kopi.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Ahli menyarankan bagi para peminum kopi untuk secara bertahap mengurangi konsumsi kafein. Tujuannya untuk mengurangi potensi dampak buruk penghentian kafein saat puasa.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Ahli jantung intervensi utama di Fakeeh University Hospital, Dubai Silicon Oasis, Syed Sakib Nazir menyoroti pentingnya mengatasi ketergantungan kafein sebelum Ramadhan. Dia menekankan, menyetop asupan kafein selama puasa dapat menyebabkan gejala penarikan diri termasuk kecemasan, sakit kepala, penurunan konsentrasi, dan kantuk.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Ketergantungan ringan pada kafein dapat berkembang dengan konsumsi rutin 2-4 cangkir kopi seduh atau setara dengan kurang lebih 350 miligram. “Namun, ketergantungan yang signifikan muncul ketika konsumsi melebihi 700 milihram,” ujar dr Nazir, seperti dilansir dari Khaleej Times, Kamis (21/3/2024).

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Pemudik Diimbau Pastikan Kondisi Kesehatan Fit Sebelum Kembali ke Rutinitas

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Untuk mengatasi gejala putus kafein selama Ramadhan, individu disarankan secara bertahap mengurangi asupan minuman berkafein. Orang disarankan mengonsumsi minuman alternatif seperti kopi tanpa kafein dan teh herbal. Meningkatkan konsumsi air dan minuman non kafein, serta olahraga teratur dengan makanan sehat dan tidur yang cukup, dapat membantu melawan efek putus kafein selama puasa.

Jika tetap ingin meminum kopi saat Ramadhan, bisa membatasi dua cangkir saja. Cobalah minum setidaknya dua jam setelah berbuka puasa dan dua jam sebelum sahur.

Spesialis endokrinologi di Canadian Specialist Hospital Dubai, Sarah Alam, menggarisbawahi pentingnya membatasi konsumsi kopi, teh, dan minuman berkarbonasi selama Ramadhan. Dia memperingatkan terhadap efek diuretik dari kafein, yang dapat memperburuk dehidrasi. Ia menyarankan untuk mengonsumsi makanan yang menghidrasi seperti buah-buahan dan sayuran.

“Tetap terhidrasi selama berpuasa sangatlah penting, dan individu harus memprioritaskan minum air antara berbuka puasa dan sahur,” ujar dr Alam.

Berita Lainnya:
Mengapa Orang Lebih Mudah Emosi Saat Berkendara? Ternyata Ini Alasannya

Untuk individu dengan diabetes

Dr Alam merekomendasikan untuk menjadwalkan pemeriksaan sebelum Ramadhan dengan ahli endokrinologi untuk memastikan pengelolaan obat yang tepat selama puasa. Penting untuk secara proaktif mengelola asupan kafein dan memprioritaskan hidrasi dan nutrisi seimbang. 

Seorang ahli gizi, dr Rowaidah Idris, mengatakan kopi berperan sebagai stimulan dalam tubuh. Jika penggemarnya tiba-tiba tidak berhenti meminumnya, dapat menimbulkan perasaan cemas, lelah, dan mengantuk.

“Kafein juga meningkatkan konsentrasi dengan meningkatkan kadar neurotransmitter dan hormon tertentu sehingga berhenti dan mengurangi konsumsi dapat menyebabkan kesulitan fokus pada tugas tertentu,” kata dia, dikutip dari Arab News.

Dr Idris mengatakan, situasi idealnya adalah mulai mengurangi asupan kafein sebulan sebelum Ramadhan. Namun jika belum, minum cukup air antara waktu buka puasa dan sahur, kualitas tidur yang baik, mengurangi asupan gula, dan menghindari makanan berlemak bisa sangat membantu menyeimbangkan kondisi berpuasa.

 

 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi