Rabu, 01/05/2024 - 10:24 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Dokter Herbal Medis tak Sarankan Pemberian Jamu Buat Obati Bayi

ADVERTISEMENTS

Dokter herbal medis ingatkan masyarakat jangan asal racik jamu.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

JAKARTA — Orang tua tentu akan mengupayakan banyak cara demi kesembuhan ketika bayinya sakit. Namun, sebaiknya, singkirkan pemberian jamu dari opsi yang ada.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Pakar kesehatan dari Persatuan Dokter Herbal Medis Indonesia dr Richard SN. Siahaan tak menyarankan bayi diberi herbal atau jamu untuk mengatasi gejala penyakit tertentu atau sebagai pengobatan mandiri. Apa alasannya?

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Menurut saya, kurang disarankan memberikan jamu ke bayi. Kalau mau ya minyak-minyak esensial (untuk tubuh luar) atau dihirup. Itu kan lebih aman,” kata dia saat ditemui di kawasan Petamburan, Jakarta, Kamis (19/1/2023).

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Kemenkes: Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Dr Richard yang berpraktik di RSUD dr Chasbullah Abdul Majid Kota Bekasi itu menuturkan, saat ini rata-rata penelitian terkait jamu masih praklinis. Kalaupun ada studi klinisnya, itu hanya diperuntukkan untuk orang dewasa.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

“Kalau dewasa, berat badannya itu yang aman 30 kilogram ke atas, itu dianggap dosis dewasa biasa kami kasih. Bobot 30 kilogram, kurang lebih usia 12 tahunlah ya, masih aman,” ujar dia.

Berita Lainnya:
Bayi Filipina Derita Sindrom Manusia Serigala, Akibat Ibu Makan Kucing Liar Saat Hamil?

Dr Richard lalu mengingatkan masyarakat agar tak sembarang mencoba meracik obat herbal. Mereka sebaiknya berpegang pada panduan yang sudah diterbitkan Kementerian Kesehatan.

Dalam panduan, dijelaskan bahan-bahan dan takaran bahan yang aman digunakan oleh masyarakat. Menurut dr Richard, sekarang ini belum banyak literatur yang membahas interaksi antara satu herbal dan lainnya. Oleh karena itu, dia sekali lagi menegaskan agar orang-orang menggunakan panduan meramu jamu yang sudah ada bukannya meracik secara sembarang.

“Pakai ramuan yang sudah ada. Jangan nyampur-nyampur sendiri,” kata dia.

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi