Kamis, 02/05/2024 - 16:59 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALTIMUR TENGAH

Bantuan Jangka Panjang ke Lebanon Bergantung Pada Kesepakatan IMF

ADVERTISEMENTS

 BEIRUT — Seorang pejabat Uni Eropa pada Jumat (31/3/2023) mengatakan  bantuan jangka panjang untuk Lebanon bergantung pada kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF).

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Komisaris Uni Eropa untuk Manajemen Krisis Janez Lenarčič mengatakan, Uni Eropa akan memberikan 60 juta euro dalam bantuan kemanusiaan ke Lebanon pada 2023. Jumlah bantuan ini meningkat 20 persen dari tahun lalu.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Tetapi, Lenarčič memperingatkan bahwa bantuan semacam itu bukan solusi jangka panjang yang berkelanjutan untuk mengatasi krisis keuangan besar-besaran Lebanon. Dia mengatakan, untuk keluar dari krisis Lebanon perlu memilih seorang presiden dan menandatangani kesepakatan dengan IMF.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Ini akan membuka dukungan keuangan yang substansial, juga dari Uni Eropa yang seharusnya membantu Lebanon pulih dari keruntuhan,” ujar Lenarčič.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
Vietnam Optimalkan Gelar UNESCO untuk Perkuat Sosial Ekonomi

 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Kemajuan menuju penyelesaian paket bailout IMF senilai 3 miliar dolar AS untuk Lebanon sebagian besar terhenti.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Sejak mencapai kesepakatan awal dengan IMF hampir setahun yang lalu, para pejabat Lebanon telah membuat kemajuan terbatas pada reformasi yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan. Termasuk restrukturisasi utang negara dan sistem perbankan, mereformasi sistem kelistrikan publik yang hampir tidak berfungsi, dan melakukan reformasi tata kelola.  

Para pejabat IMF mengatakan kelambanan yang terus-menerus akan membuat negara itu berada dalam krisis tanpa akhir yang dapat menyebabkan hiperinflasi. Lenarčič juga menanggapi meningkatnya kecemasan atas kehadiran lebih dari 1 juta pengungsi Suriah di Lebanon.

Dia mengakui bahwa kehadiran pengungsi dalam jumlah besar merupakan tantangan, tetapi tidak membebaskan Lebanon dan para pemimpinnya dari tanggung jawab mereka untuk menyediakan layanan dasar.

Berita Lainnya:
PBB: Israel Halangi Penyidik Temui Korban Serangan Hamas

“Krisis saat ini yang dialami Lebanon tidak diciptakan oleh para pengungsi Suriah,” kata Lenarčič.

Lenarčič menambahkan, posisi Uni Eropa adalah bahwa kondisi di Suriah masih belum tepat bagi para pengungsi untuk kembali dengan aman dan sukarela. Pada saat yang sama, dia mengatakan, Uni Eropa juga belum siap untuk mempertimbangkan pencabutan sanksi atau pendanaan rekonstruksi besar-besaran di Suriah.  

Negara-negara Arab Teluk yang kaya minyak yang sebelumnya memutuskan hubungan dengan Damaskus telah meningkatkan upaya untuk menormalkan hubungan dengan pemerintah Presiden Suriah Bashar Assad sejak gempa dahsyat bulan lalu.

Lenarčič mengatakan dana rekonstruksi besar tidak tersedia untuk Suriah sampai ada kemajuan nyata menuju resolusi politik. Pemberontakan d Suriah berubah menjadi perang saudara yang sekarang telah memasuki tahun ke-13.

sumber : AP

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi