JAKARTA — Saat sholat berjamaah terkadang ada imam yang membaca basmalah surat Al Fatihah secara pelan atau bahkan tidak membaca basmalah sama sekali. Ada juga imam yang saat membaca Al Fatihah lalu ia membaca basmalah secara jahar atau keras.
Sejatinya imam yang membaca basmalah secara pelan atau bahkan tak membacanya dan imam yang membaca basmalah dengan keras masing-masing memiliki sandaran argumentasi yang kuat berdasarkan keterangan para ulama fiqih. Artinya terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama berkaitan dengan basmalah yang terdapat pada permulaan surat Al Fatihah.
Pendapat pertama menyebut basmalah adalah ayat tersendiri bukan bagian dari surat Al Fatihah. Basmalah diturunkan Allah untuk jadi kepala masing-masing surat dalam Alquran, dan pembatas antara satu surat yang satu dengan surah yang lainnya. Sehingga pendapat pertama ini menyebut basmalah bukanlah satu ayat dari Al Fatihah atau dari surah yang lain, yang dimulai dengan basmalah itu.
Ini adalah pendapatnya Imam Malik beserta ahli qiraah dan fuqaha (ahli fikih) Medinah, Basrah dan Syam, dan juga pendapat Imam Abu Hanifah dan pengikut-pengikutnya. Sebab itu menurut Imam Abu Hanifah, Basmalah itu tidak dikeraskan membacanya dalam sholat, bahkan Imam Malik tidak membaca Basmalah sama sekali.
Pendapat ini bersandar pada hadits nabi Muhammad SAW:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: ḍصَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكَانُوْا يَسْتَفْتِحُوْنَ بِالْحَمْدِ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا يَذْكُرُوْنَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ فِي أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلَا فِي آخِرِهَا». (رواه الشيخان واللفظ لمسلم)
Dari Anas bin Malik, dia berkata, “Saya sholat di belakang Nabi saw, Abu Bakar, Umar dan Usman. Mereka memulai dengan al-ḥamdulillahi rabbil ‘alamin, tidak menyebut Bismillahirrahmanirrahim di awal bacaan, dan tidak pula di akhirnya.”(Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Pendapat kedua…
Sumber: Republika