Rabu, 01/05/2024 - 23:43 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

IDAI: Anak-Anak Jadi Kelompok Rentan Penyakit Saat Bencana Gempa Bumi

ADVERTISEMENTS

Anak-anak korban gempa di Cianjur. Menurut IDAI, anak-anak menjadi kelompok yang rentan terhadap berbagai penyakit saat menghadapi bencana gempa bumi.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Sekretaris Satuan Tugas (Satgas) Bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dimas Dwi Saputro mengatakan anak-anak menjadi kelompok yang rentan terhadap berbagai penyakit saat menghadapi bencana gempa bumi.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Pertama penyakit yang paling pertama muncul pada anak-anak setelah terjadi gempa bumi adalah luka-luka pada tubuh,” katanya dalam diskusi daring bertajuk “Antisipasi Permasalahan Kesehatan Anak Pada Situasi Gempa Bumi” di Jakarta, Selasa (12/12/2023).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Ia menekankan, pentingnya penanganan cepat terhadap luka-luka ini untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Dia menyebutkan ketika masyarakat berkumpul di tempat pengungsian yang padat, risiko penularan penyakit meningkat lebih cepat, seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan diare.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Tagana: Puluhan Rumah di Tasikmalaya Rusak karena Gempa

“Biasanya diare sering terjadi akibat kekurangan air bersih dan sanitasi yang tidak memadai di lokasi bencana,” katanya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Selain itu, kata dia, jamur yang terhirup dari bangunan tua yang sudah hancur akibat gempa juga dapat menyebabkan radang sesak atau radang paru-paru pada anak-anak. “Karakteristik penyakit ini dengan radang paru-paru biasa yang diobati dengan antibiotik sangat berbeda,” kata dia.

Dia mengatakan potensi penularan penyakit Tuberkolosis (TBC) juga sering muncul dalam situasi pengungsian yang padat di lokasi terdampak gempa bumi. Situasi semacam itu, menurut dia, memerlukan penanganan khusus guna melindungi kesehatan masyarakat yang rentan, terutama ketika mereka berada di tengah-tengah bencana.

Berita Lainnya:
Gunung Semeru Kembali Erupsi dengan Letusan Setinggi 700 Meter

“Di lokasi pengungsian harus menghindari kontak erat untuk mencegah penyebaran penyakit TBC,” katanya.

Iritasi mata dan kulit, kata dia, juga menjadi masalah kesehatan yang perlu diwaspadai saat terjadi bencana gempa bumi. “Debu-debu dan kuman-kuman dapat menyebabkan iritasi mata dan infeksi kulit, yang bisa terjadi dalam waktu yang lebih lama. Jadi kita harus melihat pada fase kapan datangnya penyakit itu apakah fase di bawah 72 jam atau fase-fase penyakit menular umumnya yang terjadi ketika sudah lebih dari tiga hari,” kata Dimas.

 

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi