Senin, 27/05/2024 - 18:05 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Benarkah Kesialan akan Menimpa Saudara Kandung yang Menikah di Bulan Sama?

Rasulullah SAW sangat menentang tasya’um (menganggap sial sesuatu yang baik).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses atas Pelantikan Pejabat di Pemerintah Aceh

 JAKARTA — Benarkah bila saudara sekandung menikah di bulan yang sama, maka salah satunya akan mengalami kesialan dalam hidupnya? Pertanyaan seperti ini juga diajukan oleh seorang jamaah kepada pengasuh Majelis Ahbaabul Musthofa Habib Hasan bin Ismail Al Muhdhor dalam program tanya jawab yang disiarkan oleh kanal YouTube resmi Al Wafa Tarim yang diasuh Habib Hasan Al Muhdhor beberapa hari lalu.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak


Habib Hasan menjelaskan meyakini bila saudara sekandung menikah pada bulan yang sama akan mendatangkan kesialan adalah termasuk tasya’um (menganggap sial sesuatu yang baik). Tasya’um dicela dan dilarang nabi SAW. 

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan
Berita Lainnya:
Rahasia Asmaul Husna Al-Quddus dan 3 Hikmah yang Bisa Diambil


“Tasya’um itu mengaitkan sesuatu kejadian dengan kejelekan. Seperti ini, kalau nikahnya bareng di bulan yang sama atau satu acara maka salah satunya akan kalah (tertimpa sial). Alquran tidak mengatakan itu, hadits tidak mengatakan itu, ulama Auliya wa shalihin tidak ada yang mengatakan hal itu, ini tasya’um,” kata Habib Hasan Al Muhdhor.


Rasulullah SAW sangat menentang tasya’um. Habib Hasan mengatakan pada masa lalu orang-orang Arab jahiliyah tidak mau menikah di bulan Syawal karena berkeyakinan orang yang menikah di bulan Syawal akan mengalami kegagalan. Tetapi Rasulullah menantang itu dengan menikahi sayyidah Aisyah pada bulan Syawal. 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


Sedangkan tafa’ul (pengharapan yang baik dari sesuatu yang baik) dipuji Nabi SAW dan diimbau dilakukan umat Muslim. Misalnya, seseorang keluar dari rumah dan mendapati ada fakir miskin kemudian dirinya bersedekah dan bertafa’ul bahwa hal itu menjadi penanda kebaikan atau bertemu dengan ulama saat keluar dari rumah dan bertafaul bahwa hal itu menjadi tanda kebaikan. Maka, menurut Habib Hasan, tidak masalah menghubungkan kebaikan dengan kebaikan seperti contoh tersebut.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Hukum Memberi Uang ke Tukang Parkir Liar Menurut MUI


“Ketika ada pernikahan dua bersaudara menjadi satu maka ada yang kalah (sial)? Dari mana ini semua. Ini aqidah batil, sangkaan batil yang perlu kita tolak. Jangan dikaitkan sesuatu itu dengan kejelekan, apalagi hal yang indah, pernikahan ini indah,” katanya.

ADVERTISEMENTS

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi