Rabu, 01/05/2024 - 19:39 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Mikroplastik Ditemukan dalam Awan, Ini Akibatnya untuk Kesehatan

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA—Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan bahwa mikroplastik yang kini sudah ditemukan dalam kandungan awan di udara dapat memicu terjadinya kerusakan paru-paru pada manusia.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

“Mikroplastik jelas adalah bagian dari polusi baik di air maupun udara. Di udara, mikroplastik dapat dijumpai di luar ruangan seperti udara bebas, juga dalam ruangan,” kata Prof Tjandra saat dihubungi, Jumat (6/10/2023).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Menanggapi dampak buruk mikroplastik yang ditemukan dalam awan oleh sejumlah peneliti Jepang, Prof Tjandra mengatakan partikel mikroplastik sudah lebih dulu ditemukan pada dahak dan jaringan paru manusia berdasarkan sebuah data ilmiah.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Dikarenakan ukuran partikelnya yang amat kecil, mikroplastik dapat dengan mudah masuk jauh ke dalam paru-paru. Terdapat lima mekanisme kerusakan dalam paru yang dapat terjadi jika partikel asing itu berhasil masuk.

ADVERTISEMENTS

Prof Tjandra menjelaskan paru-paru manusia bisa mengalami peradangan, adanya sitotoksisitas atau rusaknya zat atau sel dalam paru dan mengalami disfungsi barier epitel yang berfungsi sebagai ‘gerbang’ pelindung tubuh dari zat asing.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Apa yang Terjadi pada Tubuh Ketika Minum Delapan Gelas Air Hangat Setiap Hari?

Bahaya lainnya yakni terjadinya redox imbalance, yang berkaitan dengan ketidakseimbangan oksidasi, serta kemungkinan efek sinergi dengan alergen secara umum.

Lebih lanjut Prof Tjandra menyatakan bentuk dan tingkat konsentrasi pencemaran udara akibat mikroplastik bisa dipengaruhi oleh gaya hidup manusia, aktivitas antropogenik seperti pencemaran atau masuknya limbah dari kegiatan industri, pertambangan, dan pertanian hingga situasi meteorologi setempat.

“Harus diakui bahwa penelitian dampak kesehatan paru akibat mikroplastik masih amat terbatas, sehingga jenis penyakit pasti belum dapat ditentukan,” ujar Mantan Direktur Penyakit Menular Badan Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara itu.

Atas dasar tersebut, Tjandra mengusulkan agar pemerintah Indonesia mulai melakukan empat jenis penelitian sebagai bentuk antisipasi dari dampak buruk mikroplastik dalam awan. Pertama, penelitian terkait dampak jangka panjang yang disebabkan oleh mikroplastik terhadap kemungkinan terjadinya asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), fibrosis paru, emfisema dan penyakit lainnya.

Berita Lainnya:
Ibu Hamil Jangan Sering-Sering Tahan Kencing Selama Perjalanan Mudik

Selanjutnya, pemerintah perlu mengkaji dampak dari nano mikroplastik yang dari paru mungkin menyebar melalui peredaran darah, meneliti adanya potensi partikel tersebut masuk ke dalam peredaran darah sehingga menimbulkan dampak pada organ lain selain paru, sampai mengukur berapa lama mekanisme pernapasan mampu membersihkan diri dari polusi mikroplastik.

Pada Selasa (3/10), sebuah tim peneliti asal Jepang melalui studi yang dipublikasikan dalam Environmental Chemistry Letters, menyatakan telah menemukan keberadaan partikel mikroplastik di dalam awan.

Fenomena tersebut berhasil diketahui setelah peneliti menggunakan teknologi canggih terhadap sampel air, ketika mendaki Gunung Fuji dan Gunung Oyama untuk mengumpulkan air dari kabut yang ada di kawasan sekitar.

Hasilnya, ditemukan 6,7 hingga 13,9 serpihan mikroplastik, di mana sembilan di antaranya berjenis polimer, dan sisanya berupa karet dengan kisaran ukuran yang ditemukan dalam awan yakni 7,1 sampai dengan 94,6 mikrometer.

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi