Rabu, 01/05/2024 - 15:07 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Mycroplasma Pneumoniae Marak di China, Apakah Bisa Masuk ke Indonesia?

ADVERTISEMENTS

  JAKARTA — Beberapa waktu terakhir marak penyakit pneumonia akibat Mycroplasma pneumoniae. Penyakit ini tengah melonjak kasusnya di China.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Kondisi ini cukup mengkhawatirkan mengingat kejadian ini membuat sekolah tutup di China Utara. Apakah Mycroplasma pneumoniae sebuah ancaman dan bisa masuk ke Indonesia?

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI, Prof Erlina Burhan mengungkapkan penularan sangat mungkin terjadi, termasuk pada anak-anak karena penularannya dapat melalui droplet.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Pada akhir November kasus pneumonia akibat Mycroplasma pneumoniae juga telah dilaporkan di Eropa. “Apakah mungkin tersebar sampai Indonesia? Jawabannya mungkin,” ujarnya dalam pertemuan virtual, Kamis (30/11/2023).

ADVERTISEMENTS

Tapi, menurut Erlina penyakit pneumonia akibat Mycroplasma Ppeumoniae sebenarnya sudah lama ada di Indonesia dan sudah pernah dilaporkan. Namun, gejalanya sangat ringan dan kejadiannya jarang. Pasien pun tidak dirawat jadi sehingga selama ini tidak terlalu dikhawatirkan. 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

“Apakah mycroplasma yang selama ini ada di kita itu adalah juga mycroplasma yang sekarang berjangkit di China bagian utara? Itu kita enggak tahu. Karena China juga belum ada laporan strainnya apa, apakah yang sama atau yang sudah bermutasi. Meskipun sudah bermutasi, itu tetap adalah mycroplasma tidak akan menjadi mikroorganisme yang lain,” ujarnya.

Berita Lainnya:
Gejala Kelainan Darah yang Perlu Diwaspadai, Segera Periksa Diri ke Dokter

Erlina menambahkan, kasus infeksi Mycroplasma pneumoniae di China bisa saja masuk ke Indonesia. Pasalnya, mobilisasi orang saat ini sudah sangat tinggi seperti sebelum pandemi Covid-19. Sehingga, virus itu bisa saja ikut terbawa.

“Orang bisa datang dari mana saja, berinteraksi dan mungkin terinfeksi, tertular lalu naik pesawat atau naik kapal atau lewat darat, pergi kemana-mana, apalagi penularan ini lewat droplet,” katanya.

Kasus seperti di China saat ini belum terdeteksi di Indonesia karena belum pernah melakukan pemeriksaan. 

“Kasus batuk pilek di kita sekarang juga naik, bisa karena musim penghujan, polusi udara. Lalu apakah ada mycroplasma? Itu kelemahan kita tidak melakukan pemeriksaan,” ujarnya.

Menurutnya pemeriksaan mycroplasma bukan suatu pemeriksaan yang rutin dilakukan. Jika memang ingin tahu, ia mengajak Kemenkes RI pada kondisi tertentu melakukan swab pada pasien-pasien yang batuk pilek. Apalagi jika di rumah sakit ditemukan pneumonia. 

Berita Lainnya:
Sering Dikira Penyakit Keturunan, Sebetulnya Apa yang Membuat Anak Kena Diabetes Tipe 1?

“Perlu reagen khusus, jadi mungkin kita minta pemerintah menyediakannya di rumah sakit-rumah sakit tertentu supaya kita lakukan swab dan supaya kita bisa tahu ada enggak kasusnya meningkat tidak,” ujarnya.

Selama ini, lanjutnya, tidak ada pemeriksaan di laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ke arah Mycroplasma pneumoniae. Dokter hanya minta pemeriksaan kultur terhadap kuman atau bakteri. “Nah biasanya dilaboratorium itu tidak ada reagen yang khusus mycroplasma,” tambahnya.

Gejala infeksi Mycroplasma pneumoniae ini umumnya ringan dan muncul satu sampai empat minggu setelah terserang bakteri. Gejala pada populasi umum, gejala khas berupa batuk yang dapat memburuk, dapat bertahan hingga beberapa pekan hingga bulan. Gejala lainnya sakit tenggorokan, lemas (fatigue), demam, nyeri kepala dan dapat ditemukan efusi pleura eksaserbasi PPOK. 

Sedangkan pada usia di bawah lima tahun ada gejala bersin-bersin, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, mata berair, mengi (wheezing) dan muntah atau diare.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi