Senin, 20/05/2024 - 14:42 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIFINANSIAL

NFA Ungkap Ekspor Pangan Segar RI Kerap Ditolak Negara Lain, Ini Alasannya

NFA sebut negara lain khawatirkan aspek keamanan penyakit bawaan pangan segar RI

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

  BEKASI — Badan Pangan Nasional (NFA) mengungkapkan, produk ekspor pangan segar asal Indonesia masih menghadapi persoalan penolakan di sejumlah negara mitra dagang. Hal itu lantaran belum terpenuhinya standar keamanan dan mutu pangan yang ditetapkan secara internasional.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan


“Sampai saat ini kita masih menghadapi (masalah) keamanan pangan antara lain penolakan ekspor dan masalah penyakit bawaan pangan, food board disease,” kata Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi saat membuka Konsolidasi Nasional Penguatan Standar Keamanan dan Mutu Pangan di Bekasi, Selasa (20/9/2022).


Ia mencontohkan, produk pangan yang menghadapi masalah keamanan dan mutu seperti komoditas pala yang diekspor ke Eropa. Namun, ketika masuk dalam tahap pengecekan di negara tujuan, produk pala yang diekspor tidak memenuhi standar Eropa.

Berita Lainnya:
Stabilkan Harga Bawang Merah, Badan Pangan Tebar Operasi Pasar


Kondisi itu dinilai cukup memprihatinkan lantaran dahulu Indonesia menjadi eksportir komoditas rempah saat masih dalam masa penjajahan Belanda. Rempah-rempah yang diekspor bahkan berasal dari kawasan Indonesia Timur.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


“Ini adalah kesempatan kita untuk menyeimbangkan neraca perdagangan di bidang pangan. Kenapa tidak kita kerjakan lagi? Dulu, Indonesia adalah eksportir rempah, mungkin hari ini masih sama,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


Global Food Security Index mencatat, Indonesia menempati peringkat 69 dari 113 negara di tahun 2021 lalu. Indonesia turun empat peringkat dari tahun 2020.


Menurut Arief, salah satu penyebabnya akibat indikator mutu dan keamanan pangan yang menjadi faktor pembatas bagi Indonesia. Kendala itu juga sesuai dengan laporan Economist Intelligence Unit tahun 2022.

ADVERTISEMENTS


“Ada tantangan-tantangan dari dunia usaha, termasuk industri nasional termasuk pangan segar,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS


Pihaknya mengharapkan, melalui konsolidasi nasional yang dilakukan, seluruh pemangku kepentingan terkait dapat memahami pentingnya perbaikan standar keamanan dan mutu pangan. Perbaikan itu juga menjadi amanah dari pembentukan Badan Pangan Nasional.

Berita Lainnya:
Holding RS BUMN IHC Kerahkan Tim Medis Layani Kegiatan World Water Forum di Bali


Arief mengatakan, persoalan harga pangan yang kerap terjadi kerap berdampak pada inflasi. Hal itu murni terjadi karena adanya fluktuasi harga.


Namun, khusus masalah standar keamanan dan mutu pangan, tidak dapat ditoleransi. “Produk pangan segar apapun itu harus aman dan sehat, tidak boleh ada toleransi karena kalau tidak aman itu bukan pangan,” ujar dia.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi