Kamis, 18/04/2024 - 16:26 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EROPAINTERNASIONALNASIONAL

Sanksi AS ke Rusia Bikin Transaksi Rubel-Yuan Meroket 1.000%, Dolar AS Tergeser

ADVERTISEMENTS

BANDA ACEH – Sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia gara-gara serangan militer ke Ukraina, membuat pertukaran mata uang Rusia dengan mata uang China meroket. Demi menghindari dampak sanksi AS, Rusia memaksa mitra-mitra dagangnya tidak bertransaksi menggunakan dolar AS.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Untuk membayar berbagai komoditas impor, negara-negara mitra dagang Rusia diminta menggunakan mata uang rubel. Pada sisi lain, pertukaran mata uang itu dengan mata uang negara sekutu Rusia seperti China, melonjak pesat.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Mengutip Bloomberg, pertukaran rubel dengan yuan dalam tiga bulan terakhir melonjak lebih dari 1.000 persen, yakni menjadi setara USD 4 miliar. 

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Said Abdullah: Setelah Proses di MK

Pada Mei 2022 misalnya, diperkirakan pertukaran rubel-yuan mencapai 25,91 miliar yuan atau setara USD 3,9 miliar. Pertukaran yang terjadi di pasar spot Moskow secara bulanan itu, melonjak 12 kali lipat dibandingkan Februari 2022, saat Rusia pertama kali menyerang Ukraina. 

Seiring dengan itu, pertukaran dolar-rubel turun ke level terendah dalam 10 tahun terakhir. Akibatnya rubel menguat 118 persen terhadap dolar AS, terhitung sejak Maret 2022 hingga Mei 2022.

“Pemain utama di pasar transaksi yuan-rubel adalah perusahaan dan bank, tetapi ada juga minat yang tumbuh dari investor ritel,” kata pengamat pasar uang di bank Rusia, Sberbank CIB, Yuri Popov, dikutip Sabtu (11/6).

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
MK Mulai Gelar Rapat Permusyawaratan Hakim Putuskan Hasil PHPU 2024

“Volume transaksi rubel-yuan di pasar spot bursa Moskow telah melonjak. Ini karena kekhawatiran sanksi, serta niat Rusia dan China untuk mendorong penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan bilateral,” tambahnya.

Eksodus massal merek-merek internasional asal AS dan negara Barat, membuat bisnis Rusia beralih ke barang-barang produk China. Ketegangan antara China dan AS terkait masalah Taiwan, juga mendorong peningkatan penggunaan yuan di pasar global.

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi