LIFESTYLE

Dahlan Iskan murtad karena ngaku tidak sembahyang dan tidak doa? Ini fakta dan isi pidato selengkapnya

image_pdfimage_print

BANDA ACEH – Beberapa waktu lalu, media sosial dihebohkan dengan potongan video dari Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan yang tengah berpidato. Dalam potongan video, Dahlan tampak menyinggung praktik agama tertentu yang tidak menerapkan sembahyang, berdoa, maupun pembangunan rumah ibadah. Ia juga tampak mengklaim sebagai anggota dari agama terkait. Warganet pun heboh. 

ADVERTISEMENTS
SMS Poin - Bank Aceh Syariah

Pidato tersebut diketahui bertempat di Pondok Pesantren Ma’had Al-Zaytun yang terletak di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Indramayu, Jawa Barat, dalam rangka ulang tahun ke-25 ponpes. 

ADVERTISEMENTS
Selamat Hari Guru Nasional

Dalam pidatonya, Dahlan Iskan sebenarnya tengah menjelaskan ajaran Buddha Tzu Chi yang ia temui di Taiwan. Ia pun menegaskan dirinya sebagai bagian dari anggota aktivis. 

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

“Saya beberapa kali ke Taiwan, ke satu pantai Timur namanya Hualien, saya bertemu dengan pemimpin agama tertinggi di sana, agama itu namanya Buddha Tzu Chi dan di sana diajarkan bahwa agama mereka ini tidak boleh mempunyai tempat ibadah. Agama ini juga melarang umatnya melakukan sembahyang apa pun. Tidak ada sembahyang, tidak ada doa, tidak ada rumah ibadah. Namanya Buddha Tzu Chi, Yang di Jakarta itu berkembang dan saya menjadi salah satu anggota aktivisnya,” ungkapnya. 

Berita Lainnya:
Pasangan Dedi-Erwan Jauh Tinggalkan Pesaing Lain di Pilgub Jabar 2024
ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari KORPRI ke-53

Menurut Dahlan Iskan, pembangunan rumah ibadah yang kian massif tak hanya menjadi persaingan simbol pemasaran antaragama, tetapi juga berpotensi menjadi sumber konflik. 

“Dan mereka berprinsip bahwa jangan-jangan rumah ibadah itu menjadi satu simbol persaingan marketing antaragama, banyak-banyakan rumah ibadah, besar-besaran rumah ibadah, megah-megahan rumah ibadah. Kalau ada masjid bagus, gereja juga bersaing harus bagus, yang lain juga harus bagus, akhirnya terjadi persaingan rumah ibadah yang mungkin ini akan menjadi sumber konflik ke depan.”

Dahlan juga menjelaskan bahwa penganut Buddha Tzu Chi lebih berfokus untuk menyebarkan kebaikan kepada sesama, salah satunya kepada anak-anak yang kurang beruntung. 

“Mereka mengetakan bahwa sembahyang terbaik, doa terbaik adalah membantu orang lain. Jadi mereka sangat aktif ketika memberantas kebodohan, sangat aktif di bidang kesehatan, sangat aktif donor organ, dan segala macam.”

Berita Lainnya:
Cek TPS, Rano Karno: Lihat Doang Boleh Dong

“Di Jakarta mereka menyantuni anak-anak terlantar yang ada di pinggir-pinggir sungai, yang tidak pakai sandal, tidak pakai sepatu, dan bajunya kumuh atau tidak pakai baju, kemudian dimasukkan dalam satu sekolah yang harus pakai jas, harus pakai dasi… dan berubah begitu drastis anak-anak ini dari hidup di pinggir sungai menjadi sekolah di sekolah yang bagus dengan tata tertib yang bagus dan seterusnya.”

Lebih lanjut, Dahlan menyampaikan pentingnya untuk tetap memelihara kebersamaan. Jangan sampai perbedaan agama justru menimbulkan perpecahan. 

“Saya berpikir kenapa lahir agama seperti itu, tentu juga berdasarkan pemikiran-pemikiran bahwa jangan sampai dunia ke depan itu runtuh bukan hanya karena pangan, tapi juga karena persaingan agama, persaingan ideologi. Dan agama yang semestinya menjadi sumber kedamaian, (justru) menjadi sumber pertikaian dan sumber konflik.”


Reaksi & Komentar

Berita Lainnya