Selasa, 18/02/2025 - 20:43 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

UPDATE

OPINI
OPINI

Konflik Batin Israel-Amerika Soal Gencatan Senjata

ADVERTISEMENTS
Mari jadi Orang Tua Asuh
image_pdfimage_print

KABAR yang cukup membagongkan bagi kita yang sudah terlanjur bahagia dengan pengumuman gencatan senjata di Gaza, bahwa kemudian gencatan senjata tersebut terancam batal. Siapa pemicunya? Tentu saja Yahudi. Terjadi perpecahan di tubuh Israel mengenai gencatan senjata Israel dan Hamas, ternyata kabinet Israel masih akan memberikan suara pada Jumat (17/1/2025) mengenai kesepakatan ini.

ADVERTISEMENTS
FKIJK Run Aceh 2025

Dua anggota kabinet telah menyuarakan penentangan terhadap gencatan senjata, di mana Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben Gvir mengancam keluar dari pemerintahan jika kesepakatan gencatan senjata ini disetujui. Begitupun Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang merupakan bagian terpenting dari pemerintahan Perdana Menteri Netanyahu. Langkah ini berpotensi meruntuhkan pemerintahan Israel.

Sementara kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuduh Hamas mengingkari beberapa bagian perjanjian perdamaian, yang dengan tuduhan tersebut Netanyahu bahkan berjanji menunda pemungutan suara kabinet hingga masalah tersebut diselesaikan.

Faktanya Israel masih terus membombardir wilayah Gaza meski pengumuman gencatan senjata telah disampaikan. Militer Zionis mengatakan telah menyerang 50 target di seluruh wilayah selama 24 jam yang menewaskan 80 orang dan melukai ratusan lainnya (cnbcindonesia.com, 17/1/2025).

Sementara Hamas sejak awal telah menyatakan berkomitmen penuh terhadap kesepakatan. Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezedine al –Qassam memperingatkan bahwa serangan Israel dapat membahayakan nyawa para sandera. Kebrutalan Israel dapat mengubah kebebasan menjadi tragedi.

Berita Lainnya:
Peran Negara dalam Menjaga Kestabilan Pasokan LPG di Tengah Kelangkaan

Menanggapi keadaan ini, Menteri Luar Negeri AS Antony Blingken, yang telah terlibat dalam upaya ini selama berbulan-bulan mengatakan bahwa gencatan senjata akan berjalan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Hal yang sama diulang kembali oleh mediator Mesir. Kairo mengatakan gencatan senjata harus dimulai tanpa penundaan.

Lalu ada apa di balik semua ini?

Sejatinya kesepakatan yang dibahas tempo hari adalah kesepakatan sebelumnya yang ditolak mentah-mentah oleh Netanyahu pada bulan Mei tahun lalu. Mengapa kini sikap Netanyahu berubah? Ternyata Trump ada dibalik penolakan tersebut. Trump menghasutnya untuk tidak bekerja sama dengan Biden, agar pemerintahan Biden tak memanfaatkan isu tersebut dalam kampanye pemilunya.

Jika Netanyahu terpaksa menerimanya sekarang maka penerimaan ini adalah penerimaan di bawah tekanan, karena kedua pemerintahan, baik yang akan berangkat dan yang akan datang, sepakat menyelesaikan kesepakatan tersebut. Bukan karena keduanya memiliki kepedulian terhadap pertumpahan darah umat Islam di Gaza, melainkan untuk mengurangi ketegangan di wilayah tersebut, agar Trump dapat melanjutkan normalisasi hubungannya ke depan.

Di sisi lain, Trump memiliki ambisi dan prioritas-prioritas besar, baik di Amerika maupun di kancah internasional, sehingga dibutuhkan energi, strategi dan finansial yang matang dalam menyongsong rancangan pemerintahannya, termasuk menuntaskan “neraka dunia” yang saat ini menyala di California. Dan untuk mengamankan semua jalannya, Trump mau tak mau harus mengakhiri untuk sementara ambisi Israel di kawasan ini.

Berita Lainnya:
Eks Kepala Dewan Keamanan Israel: Hamas Menang dalam Perang Gaza

Sedangkan Israel meski memahami betul bahwa mereka mahir memainkan kontradiksi di Amerika dan memanfaatkannya untuk mencapai keuntungan politik mereka, namun mereka harus sadar bahwa tanpa dukungan Amerika mereka tak akan mampu melakukan apa-apa. Alih-alih memberontak dan mengendalikan Amerika, Netanyahu terpaksa dengan penuh ketidakrelaan mematuhi keputusan Trump.

Tadinya Biden berkeinginan agar Israel menang di Gaza dan mencapai tujuan-tujuan yang digariskannya yaitu merebut “tanah pemberian Tuhannya” yang terbentang dari sungai Nil hingga Eufrat dan mengontrol kendali penuh atas Gaza, menghilangkan perlawanan seraya membebaskan tahanannya. Hal tersebut sangat penting bagi Amerika sebagai ibu asuh Israel, agar zionis dapat kembali memperoleh gengsinya, setelah terpuruk pada serangan 7 Oktober, namun kenyataannya Israel gagal total.

Dunia akan mengenang 7 Oktober sebagai penanda kejatuhan Israel. Itu adalah hari di mana kelompok yang terkepung, dengan sedikit peralatan dan perlengkapan, bermodalkan keimanan yang kuat kepada Allah, bergerak karena keinginan membebaskan bangsanya yang telah dijajah selama 75 tahun. Serangan itu menempatkan gengsi tentara Yahudi yang “tak terkalahkan” berada di bawah kaki-kaki para pemuda Palestina. Hal tersebut meruntuhkan imajinasi Israel, mematahkan daya upayanya, merendahkan martabatnya, menyingkap kelemahannya dan menimbulkan kengerian dengan banyaknya kematian pasukan dan komandannya.

Follow HARIANACEH.co.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi