NASIONAL
NASIONAL

Pakar Hukum Tata Negara Menilai Minimnya Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran Sebagai Tanda Bahaya

image_pdfimage_print

BANDA ACEH  – Pakar Hukum Tata Negara dari Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera, Bivitri Susanti mengomentari minimnya partisipasi oposisi di pemerintahan Prabowo

ADVERTISEMENTS
QRIS Merchant Bank Aceh Syariah

Diketahui saat ini NasDem sudah menentukan sikap tak masuk kabinet pemerintahan Prabowo dan PDIP belum tentukan sikap. 

ADVERTISEMENTS
SMS Poin - Bank Aceh Syariah

Sementara itu parpol parlemen lainnya mendukung pemerintahan Prabowo mendatang. 

ADVERTISEMENTS
Selamat Hari Guru Nasional

“Bahaya banget, demokrasi kalau nggak ada oposisi menurut saya bukan demokrasi tapi otokrasi,” kata Bivitri kepada Tribunnews.com di Jakarta, Selasa (5/10/2024). 

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Karena menurut Bivitri tidak akan ada pengawasan terhadap pemerintahan. 

Berita Lainnya:
Kapolri Pastikan Kabag Ops Polres Solok Selatan AKP Dadang Iskandar Dipecat dan Diproses Pidana
ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari KORPRI ke-53

“Jadi ini kabar yang sangat sangat buruk,” terangnya. 

Bivitri mengatakan pada pemerintahan sebelumnya ada partai oposisi. Banyak perundang-undangan yang tak berpihak rakyat diloloskan. 

“Dulu masih ada (oposisi) Demokrat sama PKS itu aja dilibas terus. Buat Cipta Kerja lewat, mau bikin UU Minerba lewat. Apalagi kalau nggak ada (oposisi), jadi perdebatan bahkan nggak akan ada,” terangnya. 

Dia juga menyoroti gemuknya kabinet pemerintah Prabowo. Hal ini dinilainya bakal menimbulkan permasalahan. 

“Menurut saya nggak bagus (kabinet gemuk) karena keberhasilan suatu pemerintahan tidak tergantung pada kuantitas menteri,” kata Bivitri. 

Berita Lainnya:
UAH Sarankan Jangan Makan Buah ini Meski Kaya Manfaat, Bisa jadi Penghalang Masuk Surga?

Ia menerangkan bakal terjadi banyak permasalahan dengan banyaknya jumlah kabinet menteri di pemerintahan. 

“Jadi kalau misalnya kemudian kementerian malah dipecah-pecah. Jadi lebih banyak masalah, itu yang akan timbul,” terangnya. 

Selain itu menurutnya buat kementerian baru dan bongkar kementerian butuh waktu yang lama untuk jadi stabil, minimal dua tahun.

“Itu semua akan membuat kementerian mungkin nggak jalan dengan cepat untuk menjalankan portofolionya masing-masing,” tandasnya

Follow HARIANACEH.co.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News


Reaksi & Komentar

Berita Lainnya