NASIONAL
NASIONAL

Kalau Sudah Main PPN Naik Berarti APBN Kere Keriting

image_pdfimage_print

MENGAPA bisa kere keriting? Karena lebih besar pasak dari pada tiang. Apa yang membuat pasak besar? Utang pemerintah yang menyebabkan untuk bayar bunga dan cicilan pokok yang sangat besar. Apa lagi? Karena gagal mendistribusikan subsidi tepat sasaran, terutama subsidi dan kompensasi BBM, subsidi LPG 3 kg, dan over supply listrik yang mengakibatkan pembayaran subsidi dan kompensasi listrik terus membengkak. Ini bukan masalah uang semata tapi kesalahan sistem.

ADVERTISEMENTS
SMS Poin - Bank Aceh Syariah

Apa penyebab paling fundamental APBN kere keriting? Karena sistem pengelolaan sumber daya alam yang tidak benar atau menyimpang dari konstitusi. 

ADVERTISEMENTS
Selamat Hari Guru Nasional

Negara tidak mendapatkan bagi hasil sumber daya alam. Negara hanya memungut pajak ala kadarnya atas kegiatan eksploitasi sumber daya alam. 

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Seharusnya negara mendapatkan bagi hasil, bukan pungut pajak. Sekarang negara mendapatkan sedikit sekali dari ekploitasi SDA, sementara pemilik modal asing dan kroninya mendapatkan sangat banyak. Keuntungan mereka atas eksploitasi SDA melimpah ruah.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Bukan hanya APBN yang kere, namun rakyat juga keriting. Apa sebab? Sistem ekonomi Indonesia sampai saat ini menganut model sistem ekonomi lintah darat. Terlalu banyak menghisap ke dalam tubuh rakyat sendiri. 

Melalui apa? Dua kebijakan utama yakni pajak terhadap kegiatan sehari hari masyarakat. Orang makan dipakai, belanja kebutuhan sehari hari dipajaki, usaha kecil kelongongan dipajaki. Ini semua menyedot uang yang beredar dalam masyarakat.

Berita Lainnya:
Serangan Besar Rudal Rusia Hajar Jaringan Listrik Ukraina, Satu Juta Orang Kegelapan dalam Dingin

Apalagi model ekonomi lintah darat ini? Yakni bunga yang sangat menghisap darah rakyat. Bunga bank mencekik, mengapa karena bunga surat utang negara lebih tinggi. Uang mengalir ke bank dan mengalir ke surat utang negara. 

Lama kelamaan masyarakat tidak ada sisa uang di rekening, saldo nol, tidak bisa belanja. Lalu berutang ke dalam sistem pinjaman online untuk mendapatkan uang membeli sesuap nasi setiap hari. 

Ini yang membuat ekonomi kere keriting. Mengapa bunga bank tinggi, karena resiko ekonomi tinggi, uang ditakutkan mengalir ke luar negeri, karena rupiah yang labil. Maka dihadapi dengan bunga tinggi. Makin kering ekonomi terhisap riba dan lintah darat. 

Apa Kata Bank Dunia?

Berikut saya kutip dari laporan Bank Dunia tentang PPN Indonesia, mengapa seperti sekarang ini. Mengapa PPN yang menjadi incaran, sejak datang Covid-19 Kementerian Keuangan main PPN. PPN memang cara paling sederhana, paling mudah, pukul rata, naikin beberapa persen, dapat uang, peras masyarakat. 

Kata Bank Dunia pendapatan negara Januari hingga April mencapai 4,1 persen PDB, turun dari 4,8 persen PDB tahun sebelumnya. Sebagian besar disebabkan oleh penurunan pendapatan dan penerimaan pajak sumber daya alam.

Berita Lainnya:
Anggota DPR Ini Usul KPK Telepon Dulu Pejabat yang Korupsi sebelum Ditangkap

Penurunan penerimaan pajak sebagian besar diatribusikan pada Pajak Penghasilan dan PPN, seiring melemahnya permintaan dalam negeri dan harga komoditas secara bertahap menurun. 

Pemerintah mengutip lebih tinggi pengembalian pajak karena perusahaan akan  membayar lebih berdasarkan pajak mereka. Walaupun kinerja bisnis yang lebih buruk dari perkiraan. 

Kata Bank Dunia di antara PNBP, pendapatan sumber daya alam yang paling terkontraksi, khususnya di sektor minyak, seperti beberapa ladang minyak habis. Walaupun sebenarnya Indonesia akan memproduksi 1 miliar ton batubara tahun 2025 dan juga akan meningkatkan ekploitasi berbagai sumber daya alam lainnya. 

Menggenjot PPN Kontraproduktif

Bank dunia rupanya sadar akan kemampuan aparatur pajak Indonesia dan bagaimana perilaku mereka. Jadi dibuatlah analisis yang mudah atau cara yang tidak perlu mikir panjang untuk cari uang dengan cara memeras masyarajat. 

Apa kata Bank Dunia? menaikkan tarif pajak merupakan bagian dari reformasi dari perspektif desain kebijakan, hal dibarengi dengan langkah langkah untuk memperluas pajak dan meningkatkan kepatuhan. 

Reformasi dimulai melalui THL pada tahun 2021 dapat dilengkapi melalui langkah-langkah jangka pendek dan menengah. 

Untuk dalam jangka pendek, reformasi dapat dilengkapi ambang batas pajak yang lebih rendah, penghapusan pengecualian pajak, dan perbaikan dalam mekanisme audit untuk meningkatkannya kepatuhan.

1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya