Sabtu, 20/04/2024 - 15:43 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ACEH

Apkasindo Minta Pemerintah Aceh Serius Bangun Pelabuhan Eskpor CPO

ADVERTISEMENTS

BANDA ACEH – Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh, Fadhli Ali, meminta pemerintah serius bangun pelabuhan ekspor CPO (crude palm oil/minyak mentah sawit) di Aceh. Ia juga meminta pembangunan itu jangan hanya sekadar wacana.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Fadhli menyebutkan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Indonesia sudah membuka kran soal pembangunan pelabuhan ekspor CPO di Aceh. Kesempatan tersebut, kata dia, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

“Semoga hal ini dipersiapkan dan ditindaklanjuti secara serius oleh Pemerintah Aceh. Sehingga nanti bisa terealisasi, tidak berhenti jadi wacana saja,” kata Fadhli Ali, Minggu (5/3/2023).

ADVERTISEMENTS

Menurutnya, Aceh salah satu daerah paling banyak pelabuhan di Indonesia. Ironisnya, tambah dia, pengapalan CPO belum ada pelabuhan yang representatif untuk mengirim CPO.

Fadhli menjelaskan, ketika adanya pelabuhan ekspor, maka dapat mendukung sirkulasi pemasaran CPO baik di dalam maupun luar negeri.

Ia menyebutkan, berdasarkan data Apkasindo, luas perkebunan sawit di Aceh mencapai 535 ribu hektare. Lebih 50 persen diantaranya merupakan perkebunan sawit rakat.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
KIP Aceh Tamiang Rekrut PPK dan PPS Pilkada 2024, Ini Syaratnya

Dimana penanaman itu dilakukan sejak 1911 silam. Artinya, kata dia, Aceh pionir penanaman kelapa sawit di Indonesia bersama provinsi Sumatera Utara.

“Dengan kata lain, sejak jauh sebelum Indonesia merdeka, Aceh sudah menghasilkan CPO,” sebut Fadhli.

Di kawasan barat-selatan Aceh, kata Fadhli, di Aceh Barat Daya (Abdya), Kecamatan Susoh, masih ada pelabuhan yang bongkar muat CPO. Namun kapal di sana tidak bisa bersandar, akibat insfrastruktur yang kurang memadai.

Fadhli menyebutkan, CPO yang dibongkar muat di Pelabuhan Susoh itu dihasilkan dari PT Socfindo. Setiap bulan tertimbun di sana.

“Proses pengapalannya dilakukan melalui pipa bawah laut,” kata dia. “Di mana kapal menyandar pada posisi 300 sampai 400 meter dari bibir pantai Desa Pulau Kayu. Saya heran mengapa Pemerintah Aceh sungguh lama membiarkan CPO dari Aceh itu diangkut dengan cara seperti itu keluar daerah.”

Berita Lainnya:
Musrenbang RPJPD Aceh Besar 2025-2045 Dibuka, Pj Bupati Iswanto Beri Apresiasi

Menurut Fadhli, apabila pelabuhan ekspor CPO di Aceh ada. Baik di wilayah barat-selatan atau utara timur Aceh akan mendongkrak perekonomian Aceh. Sehingga angkat pengangguran dan kemiskinan tergurus. Aceh tidak akan lagi miskin.

Di samping itu, Fadhli menyebutkan, ongkos angkut CPO dari Pabrik Kelapa Minyak Sawit (PMKS) di Aceh mencapai Rp 500 per kilogram. Tingginya ongkos angkut CPO jadi komponen biaya penekan harga TBS (tandan buah segar) jadi murah.

Misalnya, kata Fadhli, ketika salah satu pabrik di kawasan barat selatan Aceh menuju ke Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara. Jaraknya hampir mencapai 1000 kilometer.

Ia berharap, dengan adanya keseriusan Pemerintah Indonesia melalui Kemenhub pelabuhan ekspor di Aceh dapat terwujud. Sehingga Aceh lebih mandiri, pastinya akan mensejahaterkan masyarakat.[]

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi